https://jurnal.stmkg.ac.id/index.php/ctimc/issue/feedThe Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal 2023-06-15T11:13:43+00:00Admin[email protected]Open Journal Systems<p><strong>The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal</strong> is an international journal published by the Faculty of Climatology, STMKG in collaboration with BMKG. Our scope of publications includes <strong>physical climate, Tropical Ocean Climate Study, Indonesia Maritime Continental, Climate Change, Air Quality, remote sensing, geographic information system, and environmental science.</strong> The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal welcomes original Research Articles, Short Communications, Review Papers, and Comments/Responses.</p> <p>The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal publishes its issues two times a year in <strong>April and October.</strong></p>https://jurnal.stmkg.ac.id/index.php/ctimc/article/view/324Identifikasi Kekeringan Meteorologi menggunakan SPI 3 Bulanan dan 6 Bulanan di DAS Brantas Hulu2023-06-15T10:21:56+00:00Rensi Septiani[email protected]Nuryadi[email protected]Fendy Arifianto[email protected]Munawar[email protected]<p>Drought is a state of water availability that is far below the need for water for survival, agriculture, economic activity, and the environment. Drought in the Brantas Hulu watershed has been recorded as hampering the function of the Sutami Reservoir. This study used the Standardized Precipitation Index (SPI) method of 3 monthly and 6 monthly to determine the distribution of drought in the form of duration, severity, and maximum intensity of the Brantas Hulu watershed. This study also analyzed the relationship between the 3-monthly and 6-monthly SPI index to the sutami reservoir inflow discharge in the Brantas Hulu watershed using the Pearson Correlation method including correlations without lag, lag 1, and lag 2. The data used are monthly rainfall data for 30 years for the period 1991 - 2020 from 10 Rain Posts in Malang City, Batu City, and Malang Regency as well as monthly inflow debit data for 10 years for the period 2011 - 2020 from Perum Jasa Tirta 1. In general, the distribution of the maximum drought duration occurs for 15 – 17 months, while the SPI of 6 months occurs for 25 – 29 months. The maximum drought severity occurs for 5 - 6 months, while the 6-month SPI occurs for 9 – 11 months. The maximum drought intensity of SPI is 3 months and 6 months is categorized as Dry. Otherwise, the correlation of 3 monthly SPI and sutami reservoir inflow discharge without lag and lag 1 is worth 0,2 to 0,3, while for lag 2 it is worth 0,1 to 0,2. The correlation value of the 6 -month SPI index and the inflow discharge of Sutami Reservoir without lag is worth 0,3 to 0,4, while the correlation of lag 1 and lag 2 is worth 0,2 to 0,3.</p>2023-06-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal https://jurnal.stmkg.ac.id/index.php/ctimc/article/view/325POTENSI RISIKO BANJIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DAS MAHAKAM KALIMANTAN TIMUR2023-06-15T10:28:11+00:00Rizki Matori[email protected]Nuryadi[email protected]Fendy Arifianto[email protected]Munawar[email protected]<p><em>East Kalimantan as a candidate for the new capital city of Indonesia is the province with the most populous city in Kalimantan, namely Samarinda City. Rainfall is very influential on the potential for flooding. East Kalimantan province is an area that often experiences flooding. Mahakam watershed which is the main watershed in East Kalimantan Province with the Mahakam River as its center. Based on historical data, major floods have occurred since 1998 with the area of submerged settlements reaching 2,084 hectares with a depth of between 30 cm to 3 m. Monthly rainfall data, DEM 30M, data on soil types, land use, river buffers are used to construct flood potential maps. The disaster risk mapping carried out takes into account potential factors for flooding, vulnerability and capacity which results in five classes of flood risk, namely very low, low, medium, high and very high risk. The results of this study indicate that the Mahakam watershed has five flood risk classes. The “very high risk” class covers an area of 17,8833.25 ha, “high risk” covers an area of 1,345,285.73 ha, “medium risk” covers an area of 4,629,765.80 ha, “low risk” covers an area of 796,524.14 ha and the “very risk” class covers an area of 17,8833.25 ha. low” area of 190,169.92 ha. Areas that have the greatest flood risk are areas around rivers and creeks. Meanwhile, other areas that need to be watched out for are the downstream Mahakam river which is located in Kutai Kartanegara Regency and Samarinda City.</em></p>2023-06-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal https://jurnal.stmkg.ac.id/index.php/ctimc/article/view/326PROYEKSI KESESUAIAN TANAMAN VANILI SKENARIO SSP KABUPATEN BANYUWANGI2023-06-15T10:33:44+00:00Rofi Wira Difa[email protected]Nuryadi[email protected]Fendy Arifianto[email protected]Munawar[email protected]<p>Vanili merupakan tanaman rempah yang sering disebut “Emas Hijau” di Indonesia. Indonesia menghasilkan tanaman vanili terbesar kedua di dunia. Produksi vanili memiliki produksi tinggi terutama pada daerah Provinsi Jawa Timur khususnya pada daerah Kabupaten Banyuwangi. Proyeksi kesesuaian iklim tanaman vanili memberikan informasi untuk membantu dalam perencanaan. Pada penelitian ini menggunakan data parameter iklim dan fisik lahan. Parameter iklim menggunakan data curah hujan observasi dan proyeksi, serta menggunakan data suhu udara observasi dan proyeksi pada 25 pos hujan di Kabupaten Banyuwangi. Data observasi diperoleh dari Stasiun Klimatologi Karangploso berupa data bulanan pada periode 2015-2020. Data proyeksi diperoleh dari cds.climate.copernicus.eu berupa data model MIROC6 dengan skenario SSP2-4.5 dan SSP5-8.5. Periode data proyeksi dibagi menjadi tiga yaitu 2021-2030, 2031-2040, dan 2041-2050. Sedangkan metode yang digunakan yaitu metode pembobotan untuk mendapatkan kesesuaian iklim tanaman vanili pada periode <em>baseline </em>dan proyeksi. Hasil kesesuaian iklim tanaman vanili periode <em>baseline </em>(2015-2020) di dominasi kategori Sangat Sesuai (S1) 52%. Pada periode proyeksi skenario SSP2-4.5 dan skenario SSP5-8.5 jika dibandingkan pada periode <em>baseline </em>mengalami penurunan kategori Sangat Sesuai (S1). Penurunan tertinggi pada periode proyeksi (2041-2050) dengan total wilayah Sangat Sesuai (S1) 8,6%. Untuk periode proyeksi skenario SSP5-8.5 yang memiliki penurunan tinggi dengan kategori Sangat Sesuai (S1) pada periode proyeksi (2031-2040) dengan 10,7% luas dari Kabupaten Banyuwangi.</p>2023-06-16T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal https://jurnal.stmkg.ac.id/index.php/ctimc/article/view/327PENGARUH EL NIÑO DAN LA NIÑA TERHADAP VARIABILITAS CURAH HUJAN DAN MUSIM DI KABUPATEN CIANJUR2023-06-15T10:50:34+00:00Timothy Ivan Gultom[email protected]Nuryadi[email protected]Fendy Arifianto[email protected]Munawar[email protected]<p>Salah satu faktor penyebab adanya variabilitas curah hujan dan musim disuatu wilayah diakibatkan oleh kondisi Suhu Muka Laut Niño 3.4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Suhu Muka Laut Samudera Pasifik Niño 3.4 terhadap Variabilitas curah hujan dan musim di Kabupaten Cianjur pada tahun El Nino dan La Nina. Data yang digunakan berupa data curah hujan dasarian, curah hujan bulanan dan data Anomali Suhu Muka Laut Niño 3.4. periode 1991-2019 menggunakan metode Rata-rata, Standar Deviasi, Variasi Intraseasonal, Koefisien Varian dan Conditional Probability untuk mengetahui keterkaitan antara pengaruh El Nino dan La Nina terhadap variabilitas curah hujan dan musim di Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian menunjukkan kondisi El Nino dan La Nina terhadap variabilitas awal musim di wilayah Cianjur, menghasilkan persentase peluang kejadian yang berbeda. Saat kondisi El Nino dan La Nina dalam keadaan kuat, sedang, dan lemah akan menghasilkan peluang terjadinya AMK (Awal Musim Kemarau) cenderung dominan maju. AMH saat kondisi EL Nino dan La Nina dalam keadaan kuat, sedang memiliki peluang AMH (Awal Musim Hujan) cenderung mundur, Sedangkan untuk variabilitas sifat hujan di Cianjur menghasilkan persentase peluang kejadian yang berbeda. Sedangkan untuk variabilitas sifat hujan di Cianjur, menghasilkan persentase peluang kejadian yang berbeda. Saat kondisi El Nino sedang tahun 2015 dan lemah tahun 2002 menghasilkan peluang terjadinya SHMK dominan Bawah Normal (BN), sedangkan pada Kondisi La Nina sedang tahun 1999 dan lemah tahun 2008 menghasilkan peluag terjadinya SHMK dominan Bawah Normal (BN), Sementara itu, SHMH saat kondisi El Nino sedang tahun 2015 dan lemah tahun 2002 peluang terjadinya sifat hujan dominan Bawah Normal (BN). Saat kondisi tejadinya SHMH pada La Nina sedang tahun 1999 dan lemah tahun 2008 peluang terjadinya sifat hujan dominan Normal (N). Variabilitas curah hujan di Kabupaten Cianjur pada periode curah hujan 3 bulanan pada saat kondisi El Nino dan La Nina terjadi penurunan curah hujan di bawah rata- ratanya, sedangkan pada bulan SON terjadi kenaikan curah hujan di bawah normalnya.</p>2023-06-16T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal https://jurnal.stmkg.ac.id/index.php/ctimc/article/view/328KONTRIBUSI BERBAGAI PARAMETER METEOROLOGI TERHADAP TINGKAT KONSENTRASI HARIAN PM2.5, PM10, DAN PM2.5-10 MENGGUNAKAN MODEL JEDA TERDISTRIBUSI NON-LINIER DI JAKARTA PUSAT2023-06-15T11:08:03+00:00Muhammad Lutfi Aditya[email protected]Rista Hernandi Virgianto[email protected]Ervan Ferdiansyah[email protected]Desak Putu Okta Veanti[email protected]<p><em>Particulate Matter </em>(PM) merupakan salah satu pencemar udara yang berdampak besar terhadap kesehatan manusia terutama di wilayah perkotaan seperti Jakarta Pusat. Ukuran PM dengan diameter <10 µm disebut sebagai PM10, diameter < 2.5 µm disebut sebagai PM2.5, serta diameter 2,5-10 µm disebut sebagai PM2.5-10. Faktor meteorologi berperan penting dalam produksi, dekomposisi, dan dispersi konsentrasi PM. Efek meteorologi terhadap perubahan konsentrasi PM dapat memiliki jeda. Oleh karena itu, pada penelitian ini diamati terkait jeda waktu yang diberikan oleh curah hujan, kelembaban relatif, suhu udara, dan kecepatan angin dalam memengaruhi fluktuasi konsentrasi PM selama periode 2018-2021 di Jakarta Pusat. Data yang digunakan merupakan data meteorologi dan konsentrasi PM2.5 dan PM10 di Stasiun Meteorologi Kemayoran dari tahun 2018-2021. Model yang digunakan pada penelitian ini yaitu Model Jeda Terdistribusi Non-linier. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi PM (PM2.5, PM10, dan PM2.5-10) selama periode 2018-2021 memiliki pola yang fluktuatif. Hasil luaran model menunjukkan bahwa efek dari faktor meteorologi dalam memengaruhi perubahan konsentrasi PM berbeda-beda jeda waktunya. Efek kumulatif jeda dari curah hujan dan kecepatan angin menunjukkan efek negatif terhadap konsentrasi PM. Kemudian, efek kumulatif jeda dari suhu udara menunjukkan efek positif terhadap konsentrasi PM. Sedangkan, untuk efek kumulatif jeda dari kelembaban relatif menunjukkan efek yang berbeda-beda, ada yang menunjukkan efek negatif atau efek penurunan dan efek positif atau efek peningkatan terhadap konsentrasi PM.</p>2023-06-16T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal https://jurnal.stmkg.ac.id/index.php/ctimc/article/view/329Analisis Potensi Energi Angin Menggunakan Model Weather Research Forecasting – Advanced Research WRF (WRF-ARW) di Rote Ndao2023-06-15T11:13:43+00:00Tsabit Aqdam Dinan[email protected]Rista Hernandi Virgianto[email protected]Ervan Ferdiansyah[email protected]Desak Putu Okta Veanti[email protected]<p>Energi menjadi kebutuhan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Energi angin merupakan salah satu energi baru terbarukan yang dapat dimanfaatkan. Pada tahun 2020, rasio elektrifikasi di Nusa Tenggara masih menjadi yang paling rendah dibandingkan provinsi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik angin di Rote Ndao dan potensi energi angin di Rote Ndao. Data yang digunakan adalah data reanalysis dan data pengamatan yang didapatkan dari UPT BMKG dengan variabel yang digunakan yaitu kecepatan angin ketinggian 10 m, dan arah angin dominan. Metode yang digunakan ialah pemodelan WRF, WRPlot, Wind Power Density, dan Wind Energy Density. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode musim penghujan tercatat memiliki nilai kecepatan angin yang rendah (3 – 5 m/s) daripada periode bulan kemarau (4 – 8 m/s). Arah angin di Rote Ndao sangat dipengaruhi oleh angin monsun. Pada saat bulan Desember – Maret, arah angin dominan cenderung berasal dari barat dan barat laut. Sedangkan Mei - September arah angin dominan cenderung dari arah timur dan tenggara. Wilayah Rote Ndao berpotensi sebagai sistem konversi energi angin (SKEA) berskala kecil hingga besar.</p>2023-06-16T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal https://jurnal.stmkg.ac.id/index.php/ctimc/article/view/323Analisis Variabilitas Curah Hujan Ekstrem dan Proyeksinya di Jawa Tengah2023-06-15T09:44:49+00:00Charisma Ivana Almira Reyhan[email protected]Nuryadi[email protected]Fendy Arifianto[email protected]Munawar[email protected]<p>Curah hujan tinggi merupakan salah satu penyebab terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) berimplikasi pada perubahan energi yang mengarah pada peningkatan suhu bumi. Perubahan energi yang terjadi di bumi akan memengaruhi siklus hidrologi. Curah hujan merupakan komponen siklus hidrologi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap variabilitas iklim. Konsekuensi dari perubahan yang terjadi adalah pola curah hujan ekstrem juga ikut berubah. Menurut IPCC, frekuensi dan intensitas kejadian hujan lebat telah meningkat di sebagian besar wilayah daratan sejak tahun 1950-an. Pada penelitian ini, curah hujan ekstrem di Jawa Tengah di proyeksikan menggunakan 2 skenario SSP, yaitu skenario SSP2-4.5, dan SSP5-8.5. SSP 2-4.5 merepresentasikan skenario dengan tingkat emisi sedang. SSP 5-8.5 merepresentasikan skenario dengan tingkat emisi yang tinggi. Curah hujan ekstrem diidentifikasi dengan indeks iklim ekstrem R99p, R99,97pall dan Rx1day. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyeksi indeks ekstrem mengalami penurunan terhadap periode historis. Frekuensi kejadian ekstrem R99P diproyeksikan meningkat. Sementara frekuensi kejadian yang lebih ekstrem (R99,97pall) didominasi peningkatan meskipun sebagian kecil wilayah mengalami penurunan. Intensitas curah hujan ekstrem didominasi penurunan di beberapa wilayah dan peningkatan di sebagian kecil wilayah Jawa Tengah.</p>2023-06-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 The Climate of Tropical Indonesia Maritime Continent Journal