PREDIKSI INTENSITAS CURAH HUJAN MENGGUNAKAN PRODUK NOWCASTING RTR DIBANDINGKAN DENGAN PRODUK ESTIMASI CURAH HUJAN SRI PADA KEJADIAN BANJIR DI PALEMBANG TANGGAL 12 – 13 NOVEMBER 2018
Kata Kunci:
banjir, hujan lebat, nowcasting, RTR, SRIAbstrak
Palembang merupakan salah satu wilayah rawan terdampak banjir di Indonesia. Sebanyak 24 kasus banjir terjadi selama kurun waktu 2017–2018 dan memiliki kecenderungan untuk terus meningkat sepanjang tahun terhitung sejak 1972. Merujuk pada latar belakang tersebut, penelitian ini memanfaatkan produk Rain Tracking (RTR) untuk estimasi intensitas dan distribusi spasial curah hujan secara nowcasting. Laporan sinoptik Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang menunjukkan bahwa hujan yang sangat lebat terjadi dalam rentang waktu 14.00 – 18.00 UTC tanggal 12 November 2018. Analisis produk CAPPI dan SSA menunjukkan adanya pola sebaran awan konvektif dengan nilai reflectivity maksimum pada inti badai mencapai 58 dBZ menyebar di atas lokasi penelitian pada pukul 16.10 UTC dan dikategorikan sebagai fase matang awan badai. Berdasarkan analisis MLVCUT (dBZ), nilai reflectivity maksimum pada fase matang awan badai adalah 48 dBZ dengan tinggi puncak awan mencapai 6,15 km. Pada waktu yang sama, analisis VVP menunjukkan adanya pola updraft kuat mencapai 9,25 m/s dan downdraft yang kuat mencapai –8,27 m/s. Hasil prediksi dengan produk Rain Tracking (RTR) menunjukkan nilai intensitas curah hujan yang cenderung lebih mendekati hasil pengukuran curah hujan sebenarnya menggunakan ARG, dengan selisih nilai absolut berkisar antara 1,24 – 14,76 mm/jam. Sementara selisih nilai absolut intensitas curah hujan antara produk SRI dan ARG dalam periode waktu yang sama menunjukkan penyimpangan yang lebih besar, yaitu 0,92 – 24,53 mm/jam.
Referensi
Lassa, J. A. 2012. Emerging ‘Agricultural Involution’ in Indonesia: Impact of Natural Hazards and Climate Extremes on Agricultural Crops and Food System. In Y. Sawada and S. Oum, eds. Economic and Welfare Impacts of Disasters in East Asia and Policy Responses. ERIA Research Project Report 2011–8. Jakarta: ERIA. pp. 601–640.
Triansyah, Y. 2018. Diguyur Hujan Semalaman, Ini 19 Titik Banjir di Kota Palembang dan 5 Titik Paling Parah [online]. http://palembang.tribunnews.com/2018/11/13/diguyur-hujan-semalaman-ini-19-titik-banjir-di-kota-palembang-dan-5-tempat-paling-parah, diakses tanggal 7 Desember 2018.
James, W., Robinson, C. G., Bell, J. F. 1993. Radar assisted real – time flood forecasting. J. of Water Resour. Plannn. and Management, 119(1): 32 – 44.
Paski, J. A. I., Budi, F. S., Pertiwi, D. A. S. 2016. Analisis dinamika atmosfer kejadian hujan ekstrim memanfaatkan citra radar, satelit, dan model WRF. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2(2): 251 – 261.
Permana, P. A. D. dan Fachrurrozi, M. 2016. Pemanfaatan Data Radar Cuaca untuk Analisis Kejadian Banjir di Wilayah Kediri, NTB (Studi kasus 2 Mei 2015). Prosiding Seminar Hari Meteorologi Dunia, pp. 309 – 315, ISBN: 978-602-60274-3-6.
Ariyanti, D. A., Asmarani, D., Sa’adah, U. 2016. Identifikasi Awan Cumulonimbus dengan Citra Radar Cuaca Saat Hujan Lebat di Jakarta (Studi kasus tanggal 20 April 2016). Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh, pp. 988 – 997, ISBN: 978-979-1458-99-3.
Rosenfeld, D., B. Wolff, D.p Atlas. 1993. General probability-matched relationship between radar reflectivity and rain rate. J. App. Meteor., 32, 50 – 72.
Gamache, J.F. dan Houze Jr., R.A. 1982. Mesoscale air motions associated with a tropical squall line. American Meteorologi Society, vol. 110, pp 118-135.
Widomurti, L. 2017. Penentuan rentang Video Integrator Processor (VIP) level curah hujan berdasar klasifikasi awan pada pengamatan radar cuaca. Skripsi. Tangerang Selatan: Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Nzeukou, A. dan Sauvageot, H. 2004. Raindrop size distribution and radar parameters at Cape Verde. J. of Applied Meteorology, vol. 43, pp 90-105.
Wardoyo, E. 2017. Radar Meteorologi: Pengantar Aplikasi Meteorologi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.
Szoke E J, C K Mueller, J W Wilson, E J Zipser. 1985. Development of convection and severe weather along outflow boundaries in Northeast Colorado: Diagnosing the above-surface environment with a mobile sounding system. Preprints, 14th Conf. on Severe Local storms, Indianapolis Amer. Meteor. Soc. 386-89.
Kollias, P., Albrecth, B. A., Lhermite, R., Savtchenko, A. 2001. Radar observation of updraft, downdraft, and turbulence in fair-weather cumuli. J. of the atmospheric sciences, vol. 58 pp. 1750 – 1766.
Byers, H. R. dan Hull, E. C. 1949. Inflow patterns of thunderstorm as shown by winds alofts. Bulletin American Meteorological Society, 30(3): 90 – 96.
Byers, H. R. dan Braham, R. R. 1949. The thunderstorm. U.S. Dept. of Commerce, 287 pp.
SELEX, Gematronik. 2018. Software Manual Rainbow 5: Products &Algorithms. Jerman: Leonardo Germany GmbH.
Kusjantho, A. 2018. Verifikasi Produk Hidrologi Radar Cuaca Gematronik untuk Estimasi Curah Hujan di Wilayah Lombok Periode Oktober – Desember 2016. Skripsi. Tangerang Selatan: Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Penulis yang menerbitkan jurnal ini setuju dengan persyaratan berikut:
- Penulis mempertahankan hak cipta dan memberikan hak jurnal publikasi pertama dengan karya yang secara bersamaan dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution License yang memungkinkan orang lain membagikan karya tersebut dengan pengakuan dari karya penulis dan publikasi awal dalam jurnal ini
- Penulis dapat memasukkan pengaturan kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif dari versi terbitan jurnal tersebut (misalnya, kirimkan ke repositori institusional atau publikasikan dalam sebuah buku), dengan pengakuan publikasi awalnya di jurnal ini.
- Penulis diijinkan dan didorong untuk memposting pekerjaan mereka secara online (mis., Di gudang institusional atau di situs web mereka) sebelum dan selama proses penyampaian, karena dapat menyebabkan pertukaran yang produktif, serta kutipan karya yang diterbitkan sebelumnya dan yang lebih lama.