ANALISIS KONDISI ATMOSFER MCC (MESOSCALE CONVECTIVE COMPLEX) DI JAKARTA (STUDI KASUS 24 SEPTEMBER 2016)

Penulis

  • Devi Fatmasari Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
  • Wishnu Agum Swastiko Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
  • Prayoga Ismail Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Kata Kunci:

MCC, fenomena skala meso

Abstrak

Mesoscale Convective Complex (MCC) merupakan gugusan awan konvektif berskala meso. Pada 24 September 2016 terbentuk MCC di wilayah Jakarta dengan masa hidup dari pukul 09.00 hingga 12.00 UTC. Fenomena MCC tersebut menghasilkan hujan yang berlangsung cukup lama dan bersifat terus-menerus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi atmosfer saat terjadinya MCC di Jakarta pada 24 September 2016. Dengan menggunakan metode berupa analisis dinamika atmosfer menggunakan data reanalisis ERA Interim berupa parameter vortisitas, divergensi, dan kelembaban vertikal. Kemudian analisis streamline, analisis fenomena meteorologi, analisis parameter konvektif dengan menggunakan data sounding Stasiun Meteorologi Cengkareng, dan analisis citra satelit Himawari. Dari analisis streamline terdapat area tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa. Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka didapatkan vortisitas lapisan 500 mb pada pukul 06.00 UTC bernilai negatif yang mengindikasikan adanya sirkulasi siklonik pada troposfer bagian tengah, divergensi lapisan 850 mb pada pukul 06.00 UTC bernilai negatif mengindikasikan terdapat aliran konvergensi di troposfer bagian bawah. Kelembaban udara vertikal pada pukul 06.00 UTC bernilai tinggi yaitu berkisar 80-100%. Pada 24 September 2016 terpantau MJO fase 5 yang mengindikasikan wilayah Indonesia mendapat pasokan uap air hangat dan lembab, berkombinasi dengan indeks Dipole Mode yang bernilai negatif kuat yang mengindikasikan adanya konvergensi di Samudera Hindia sebelah barat Indonesia terjadi karena suhu muka laut lebih hangat. Parameter konvektif yaitu LI, KI, SWEAT dan CAPE menunjukkan angka yang mengindikasikan adanya aktivitas konveksi dikarenakan keadaan amosfer yang labil. Semua kondisi tersebut mendukung terbentuknya sistem konvektif berskala meso berupa MCC, yang dapat diamati pada citra satelit Himawari dari pukul 09.00-12.00 UTC yang memperlihatkan adanya gugusan awan Cumulonimbus dengan suhu puncak -80 0C dan berdiameter sekitar 200 km, yang bercampur dengan awan jenis lain. Sehingga, MCC tersebut tergolong pada MCS kategori beta.

Unduhan

Diterbitkan

2019-04-29

Cara Mengutip

Fatmasari, D., Swastiko, W. A., & Ismail, P. (2019). ANALISIS KONDISI ATMOSFER MCC (MESOSCALE CONVECTIVE COMPLEX) DI JAKARTA (STUDI KASUS 24 SEPTEMBER 2016). Jurnal Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 4(2), 23–28. Diambil dari https://jurnal.stmkg.ac.id/index.php/jmkg/article/view/43